Identifikasi Lokasi Pembangunan Pos Damkar Baru di Kota Semarang melalui Weighted Overlay
Tutorial ini merupakan bagian dari salah satu tugas mata kuliah analisis lokasi dan pola ruang yang saya kerjakan pada saat semester ketiga. Saya mengambil tema masalah identifikasi lokasi pembangunan pos damkar baru di Kota Semarang. Saya mengangkat tema ini dari masalah awal dari ketidakmerataan pos damkar di Kota Semarang, dan urgensi kemerataan pos damkar untuk mengantisipasi kerugian akibat bencana kebakaran yang dimungkinkan terjadi.
Di bawah ini merupakan kerangka pikir dalam mengidentifikasi lokasi pembangunan pos damkar baru.
DATA
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data spasial berbentuk shapefile yang diperoleh dari BAPPEDA Kota Semarang pada tahun 2011, dengan variabel sebagai berikut:
1. Jangkauan pos damkar eksisting,
2. Aksesibilitas,
3. Tata guna lahan, dan
4. Tingkat kepadatan penduduk.
HASIL
1. Peta Jangkauan Pelayanan Pos Damkar Eksisting
Pengadaan pos pemadam kebakaran diprioritaskan di wilayah yang berwarna putih pada peta di atas (area yang tidak terlayani). Wilayah dengan kategori kurang terlayani memiliki prioritas kedua, wilayah dengan kategori cukup terlayani memiliki prioritas ketiga, dan wilayah dengan kategori sangat terlayani tidak diprioritaskan dalam pengadaan pos pemadam kebakaran.
2. Peta Aksesibilitas
Pos pemadam kebakaran, berdasarkan SNI 03-1733-2004, harus mudah dijangkau dengan angkutan umum. Hal ini mengakibatkan pos pemadam kebakaran perlu diletakkan sedekat mungkin dengan jalan arteri dan kolektor. Wilayah dengan radius 200 meter pada peta tersebut diprioritaskan nomor satu, wilayah dengan radius 500 meter diprioritaskan nomor dua, dan wilayah dengan radius lebih dari 500 meter diprioritaskan nomor tiga dalam pengadaan pos pemadam kebakaran di Kota Semarang.
3. Peta Tata Guna Lahan
Pos pemadam kebakaran diprioritaskan nomor satu di area pemukiman, perumahan, komplek pelabuhan, komplek stasiun, pergudangan, akomodasi dan rekreasi, bandar udara, jasa kesehatan, perkantoran, perdagangan umum, dan terminal umum. Prioritas nomor dua dalam pengadaan pos pemadam kebakaran berada di area jasa pendidikan, jasa pelayanan umum, instalasi, industri, perkebunan, jasa peribadatan, dan hutan produksi tetap. Prioritas ketiga dalam pengadaan pos pemadam kebakaran terdapat di area tegalan, tambak, tanah kosong, sawah, dan kuburan.
4. Peta Tingkat Kepadatan Penduduk
Area dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi memiliki potensi yang besar untuk terjadi bencana kebakaran. Hal ini mengakibatkan prioritas pertama pengadaan pos pemadam kebakaran terletak di area dengan tingkat kepadatan tinggi, prioritas nomor dua di area dengan tingkat kepadatan sedang, dan prioritas nomor tiga di area dengan tingkat kepadatan rendah.
5. Peta Rekomendasi Pos Damkar Baru
Semakin gelap warna biru pada peta tersebut, maka pembangunan pos damkar baru semakin direkomendasikan. Pos pemadam kebakaran baru di Kota Semarang, berdasarkan hasil weighted overlay ini, sangat disarankan untuk dibangun di bagian barat Kecamatan Ngaliyan, di wilayah Kecamatan Mijen, di bagian utara Kecamatan Gunung Pati, dan di bagian selatan Kecamatan Banyumanik.
TUTORIAL
Klik kanan pada “Layers” di “Table Of Contents”, kemudian klik Properties. Klik tab Coordinate System pada dialog box Data Frame Properties, kemudian pilih sistem koordinat sesuai wilayah studi yang dipilih (WGS 1984 UTM Zone 49S untuk Kota Semarang). Klik OK.
Buka Catalog, lalu input data shapefile jaringan jalan, sungai, polygon area Kota Semarang, area kecamatan, area keluarahan, batas Kota Semarang, multipoint titik-titik pusat kelurahan, tata guna lahan, dan titik-titik lokasi pos pemadam kebakaran eksisting ke dalam layar kerja.
Langkah ini ditujukan untuk membuat peta tingkat kepadatan penduduk. Search tool Kernell Density (Spatial Analyst). Di-input layer titik-titik pusat kelurahan ke dalam kolom ‘Input point or polyline features’, masukkan 30 untuk ‘Output of size (optional)’ dan 1500 untuk ‘Search radius (optional)’. Klik ‘Environments...’, kemudian extent dengan layer area Kota Semarang pada bagian ‘Processing Extent’.
Search tool ‘Reclassify (spatial Analyst)’, input hasil kernell density sebelumnya ke dalam kolom ‘Input raster’, kemudian klik ‘Classify...’. Pilih ‘Equal Interval’ pada kolom ‘Method’ dan ‘3’ untuk ‘Classes’, klik ‘OK’, klik ‘OK’.
Search tool ‘Clip (Data Management)’, input hasil reclassify sebelumnya ke dalam kolom ‘Input raster’, pilih layer area Kota Semarang untuk kolom ‘Output Extent (optional)’, centang ‘Use Input Features for Clipping Geometry (optional)’, lalu klik ‘OK’. Peta tingkat kepadatan penduduk telah dibuat.
Langkah ini ditujukan untuk membuat peta tata guna lahan. Search tool ‘Polygon to Raster (Conversion)’, input layer tata guna lahan ke dalam kolom ‘Input Features’, pilih ‘TGL’ untuk kolom ‘Value field’, lalu klik ‘OK’. Peta tata guna lahan dalam bentuk raster telah dibuat.
Langkah ini ditujukan untuk membuat peta aksesibilitas. Klik kanan pada layer jaringan jalan, klik ‘Open Attribute Table’. Klik ikon ‘Select by Attributes’, pilih ‘Create a new selection’ pada kolom ‘Method’, klik “FUNGSI”, klik tanda sama dengan, klik ‘Get Unique Values’, klik ‘Lokal’, kemudian klik ‘Apply’.
Klik kanan pada layer jaringan jalan, klik ‘Edit Features’, klik ‘Start Editing’. Klik ikon ‘Delete’. Klik ‘Editor’, lalu klik ‘Stop Editing’.
Search tool ‘Multiple Ring Buffer (Analysis)’, input layer jaringan jalan ke dalam kolom ‘Input Features’, masukkan angka 200 dan 500, pilih ‘Meters’ untuk kolom ‘Buffer Unit (optional)’, lalu klik ‘OK’.
Search tool ‘Clip’, input hasil multiple ring buffer sebelumnya ke dalam kolom ‘Input Features’, input area Kota Semarang ke dalam kolom ‘Clip Features’, kemudian klik ‘OK’.
Search tool ‘Union (analysis)’, input layer hasil clip jaringan jalan sebelumnya dan layer area Kota Semarang, lalu klik ‘OK’.
Search tool ’Polygon to Raster (Conversion)’, input hasil union sebelumnya ke dalam kolom ‘Input Features’, pilih ‘distance’ untuk kolom ‘Value Field’, kemudian klik ‘OK’. Peta aksesibilitas telah berhasil dibuat.
Langkah ini ditujukan untuk membuat peta jangkauan pelayanan pos damkar eksisting. Search tool ‘Euclidean Distance (Spatial Analysis)’, input layer multipoint lokasi pos damkar eksisting Kota Semarang ke dalam kolom ‘Input raster or feature source data’, ketikkan ‘5000’ pada kolom ‘Maximum distance (optional)’ dan ‘30’ untuk kolom ‘Output of size (optional)’, kemudian klik ‘Environments...’. Extent dengan layer area Kota Semarang, lalu klik ‘OK’, klik ‘OK’.
Search tool ‘Clip (Data Management)’, input layer hasil euclidean distance ke dalam kolom ‘Inpur Raster’, input area Kota Semarang ke dalam kolom ‘Output Extent (optional)’, centang ‘Use Input Features for Clipping Geometry (optional)’, kemudian klik ‘OK’.
Klik kanan pada layer hasil clip sebelumnya, klik ‘Properties...’. Klik tab ‘Symbology’, klik ‘Classified’, klik ‘Classify...’.
Pilih ‘Equal Interval’ pada kolom ‘Method’, pilih ‘3’ untuk kolom ‘Classes’, kemudian klik ‘OK’. Klik pada ‘Label’, kemudian klik ‘Format Labels...’. Klik ‘Number of decimal places’ pada ‘Rounding’, klik ‘0’ untuk jumlah desimal, kemudian klik ‘OK’.
Search tool ‘Reclassify (Spatial Analyst)’, input layer hasil classify sebelumnya ke dalam kolom ‘Input raster’, klik ‘Classify...’, input ‘Equal Interval’ pada kolom ‘Method’, kemudian klik ‘OK’.
Search tool ‘Weighted Overlay (Spatial Analysis)’ klik tanda tambah, input layer peta jangkauan pelayanan pos damkar eksisting, peta aksesibilitas, peta tata guna layah, peta tingkat kepadatan penduduk.
Masukkan persentase tiap peta pada ‘%Influence’, ‘Set Equal Influence’ menjadi ‘1 to 3 by 1’, input skala tiap value pada ‘Scale Value’, klik ‘OK’.
Hasil weighted overlay akan berupa peta rekomendasi lokasi pos damkar baru.
Salam,
Abdurrahman Zaki
Post a Comment for "Identifikasi Lokasi Pembangunan Pos Damkar Baru di Kota Semarang melalui Weighted Overlay"